Home » SEDEKAH BUMI Di AIR BATU, WUJUD SYUKUR ATAS KARUNIA SANG MAHA PENCIPTA
Berita

SEDEKAH BUMI Di AIR BATU, WUJUD SYUKUR ATAS KARUNIA SANG MAHA PENCIPTA

banner website banyuasin

Air Batu — Kelurahan Air Batu menggelar rangkaian sedekah bumi yang dipusatkan disekitaran Kantor Lurah Air Batu, Kamis (25/8). Diawali dengan pembacaan surah yasin dan doa bersama yang di pimpin Ustad Gus Yazid, lalu dilanjutkan Ruwatan di Simpang 4 (empat) Kantor Lurah, dan di tutup dengan Pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk oleh Ki Dalang Waluyo S.Pd.I dengan lakon Wahyu Cokro Ningrat.

Upacara sedekah bumi sendiri adalah tradisi yang dilakukan pada awal bulan Muharam atau Syura. Acara ini digelar sebagai bentuk rasa syukur kepada Sang Maha Kuasa karena telah memberikan bumi tempat kita berpijak dengan segala rezeki berupa hasil bumi untuk keberlangsungan hidup manusia.

Acara ini umumnya digelar di tempat umum yang dianggap sakral seperti halaman masjid, balai desa, atau lapangan. Seperti upacara tradisional daerah kebanyakan, masyarakat akan menyajikan sesajen saat melakukan upacara Sedekah Bumi. Tetapi, seiring perkembangan zaman, sesajen ini hanya berupa simbolis untuk menghormati adat dan para orang tua saja, tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang mempunyai nilai magis.

Lurah Air Batu, Muslim Ansori menjelaskan umumnya upacara sedekah bumi adalah ritual tradisional yang dilakukan masyarakat Jawa sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi dan dilaksanakan pada tanggal 10 muharram. “Masyarakat disini mayoritas adalah suku Jawa, hampir 90% malah” urainya.

Ditambahkannya, bahwa upacara sedekah bumi dipercaya berawal dari penyebaran agama Islam di tanah Jawa dengan media wayang kulit oleh Sunan Kalijaga. Dalam pagelaran wayang kulit tersebut diselipkan makna atau pesan-pesan tentang materi keislaman yang mudah dimengerti oleh masyarakat awam.

Ustad Gus Yazid dari Ponpes Sabilul Hasanah Banyuasin yang menyampaikan tausiahnya mengajak masyarakat untuk tetap meneruskan warisan leluhur budaya bangsa tanpa melanggar nilai-nilai keislaman.

“Zaman sekarang zaman edan, wayangan sudah banyak diganti dengan joget-jogetan, hal-hal yang jauh dari cinta tanah air dan nilai-nilai islam, dimana letak bersyukurnya kalo begitu” ujar beliau dalam bahasa jawa.

Kabupaten Banyuasin sebagai wilayah yang dijuluki miniatur Indonesia dan mempunyai jumlah desa yang mencapai 288 buah, tidak heran jika banyak tradisi dan budaya yang beraneka ragam yang masih dilestarikan anak keturunan mereka di Banyuasin.

Camat Talang Kelapa, Arifin Nasution yang hadir dan ikut menyaksiksikan prosesi ruwatan juga menyatakan bahwa pemerintah hadir dan mendukung setiap tradisi masyarakat sebaagai bentuk kekayaan dari masing-masing daerah asal tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku dan nilai-nilai keimanaan masyarakat.

Beliau juga menyampaikan rangkaian acara akan ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang dijadwalkan akan dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Banyuasin, H. Slamet Somosentono.

Share :