BANYUASIN, PANGKALAN BALAI – Pengusaha tahu dan tempe di Banyuasin terancam gulung tikar, karena harga kedelai melambung tinggi. Pengusaha kelimpungan seiring melonjaknya harga kedelai, yang juga diiringi tingginya harga bahan sembako lain, namun membuat pengusaha tahu tempe tetap berusaha produksi dengan merumahkan sebagian karyawannya.
Salah satu pengusaha tahu rumahan di Kabupaten Banyuasin mengatakan, sepekan terakhir harga kedelai mencapai Rp 9.500/kg, atau jauh lebih tinggi dibandingkan harga normal Rp 6.500/kg.
“Kami terpaksa merumahkan sebagian karyawan kami. Dalam satu hari itu saya butuh 100 kg kedelai,” kata Siti Nurhidayah saat ditemui di rumahnya bertempat di kelurahan Seterio lingkungan 04 Rt.31 kecamatan Banyuasin lll, kabupaten Banyuasin, Selasa (05/01/2021).
Harga kedelai sepekan terakhir paling tinggi sepanjang dia menjadi pembuat tahu tempe. Siti kini dilematis dengan kenaikan harga kedelai tersebut. Sebab ia tak bisa mengurangi ukuran tahu maupun menaikkan harga tahu.
Ia juga menuturkan, selain kenaikan harga kedelai, harga minyak goreng sawit untuk menggoreng tahu pun lebih dulu melonjak naik. Kondisi itu sudah terjadi selama sebulan terakhir.
Agar tetap bisa menutup biaya produksi dan mendapatkan sedikit keuntungan, Siti merumahkan dulu sebagian karyawannya. Dan kalau harga kedelai normal kembali nanti, karyawan yang dirumahkan akan dipanggil bekerja lagi.
“Kami terpaksa merumahkan karyawan kami sebagian, karena mengurangi porsi tempe, tahu dan menaikan harga. Jelas kami akan kehilangan pelanggan dan pembeli,” keluh Siti.
Siti mengaku dalam kondisi normal, dirinya bisa mendapatkan untung yang lumayan. Namun, sejak ada kenaikan harga kedelai dia mengaku keuntungannya menurun.
Siti berharap pemerintah bisa menstabilkan harga kedelai termasuk harga minyak goreng sawit, agar para perajin kecil bisa tetap berproduksi.
“Kalau kedelai terus naik sampai menyentuh harga Rp10.000/kg, kemungkinan kami tidak produksi lagi,” tukas dia.