Pangkalan Balai – Prestasi Kabupaten Banyuasin sebagai produsen beras nomor 4 nasional, terbaik di Pulau Sumatera dan terbaik di Provinsi Sumsel membawa berkah. Pasalnya, Kabupaten berjuluk bumi sedulang setudung menjadi pilot project dalam Pengembangan kelembagaan usahatani padi kawasan berkelanjutan menuju agrosistem cerdas industri 4.0 oleh Institut Pertanian Bogor University, yang merupakan kampus terbaik satu di Indonesia saat ini.
Dipilihnya Banyuasin juga sebagai tindak lanjut dari MoU yang pernah terjalin dengan IPB sejak tahun 2017 lalu. Setidaknya ada tiga hal yang akan menjadi fokus penitian IPB dalam membantu Pemkab Banyuasin yakni sentuhan teknologi sosial budaya dan kelembangaan yang diberinama Komunitas Estet Padi( KEP), disini akan dilakukan bisnis secara kolektif dengan merubah pola berpikir petani yang bergerak sendiri namun berkelompok skala besar, kemudian pembenihan dan perternakan.
Hal ini terungkap dalam Audiensi Tim IPB University dengan Bupati Banyuasin H Askolani diruang Rapat Bupati Banyuasin, Senin (7/9/2020) kemarin. Turut hadir Sekda HM Senen Har, Kepala Bappeda Litbang Erwin Ibrahim, Kadis Pertanian Tanaman Pangan Zainudin, Kadis Tanaman Pangan Anna Suzanna, Kadis Perdagangan Koperasi UKM Lukman, Direktur BUMD Sei Sembilang Ardiansyah dan Tim Percepatan Pembangunan Pemkab Banyuasin.
Sedangkan dari IPB, Ketua Tim Komunitas Estate Padi (KEP) IPB Bogor Dr Ir Amiruddin Saleh MS, peniliti dari IPB DR Latief, DR Johan, DR Palahudin. Kemudian dari Universitas Sumatera Selatan Hj Halifa Mahyudin, DR Leila Kalsum, Dr Elmeizy.
Ketua Tim IPB Dr Ir Amiruddin Saleh MS menjelaskan bahwa IPB mempunyai 116 hasil penelitian yang sudah di patenkan dan tiga diantara hasil penelitian tersebut akan dilaksanakan di Kabupaten Banyuasin. Ketiga penelitian desiminasikan yang dananya dari nasional tersebut berupa kelembangaan usaha tani berupa Komunitas Estet Padi(KEP), pembenihan dan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR).
” Program Pengembangan kelembagaan usaha tani padi kawasan berkelanjutan menuju Agrosistem Cerdas Industri 4.0, terangnya.
Dan perlu diketahui, Kabupaten Banyuasin ini mendapatkan dana penelitian Aplikatif beberapa hari, seperti di Desa Bayuurip Kecamatan Tanjung Lago dan Kecamatan Rambutan. Demontrasi Fram dilakukan di Desa Banyuurip Kecamatan Tanjung Lago.
Pada tahun pertama diharapkan motivasi dan pemantapan untuk menerapkan KEP di kalangan petani padi, anggota KEP bisa dikuatkan dengan penguatan kelembaga usaha tani padi, membangun demplot produksi padi seluas 6 hektar, dan selanjutnya rintisan bisnis kolektif sebagai perusahaan berbasis teknologi informasi (Start Up), dan pengembangan/aplikasi teknologi Agrosistem Cerdas.
“Pelaksanaan Demonstrasi fram ini sendiri pertama akan dilakukan uji analisis lahan dan tanah. Demontrasi framnya ini hanya seluas 6 hektar, dan dalam 6 hektar dibagi perlakuan pembeda varietas padi. Di era industri 4.0 tidak bisa terhindarkan lagi. Untuk itu, diperlukan kesiapan khususnya kesiapan sumber daya manusia yang dituntut dapat mengelola dan menghadapi teknologi yang makin canggih ini ,”jelasnya.
IPB juga lanjut Amirudin, siap membantu Pemkab Banyuasin dalam membuat brand beras kebanggan masyarakat Banyuasin. “Apa yang menjadi keinginan pak Bupati, kami siap bantu. Termasuk terkait brand beras Banyuasin, “katanya.
Sementara itu, Bupati Banyuasin H Askolani menyambut baik kerjasama tersebut dan orang nomor satu di Banyuasin ini meminta pihak IPB tidak melalukan uji coba penelitian di 6 hektar saja tetapi di 100 hektar yang ada di wilayah Banyuasin.
“Kalau cuma 6 hektar tidak mewakili luas areal sawah Banyuasin yang luasnya 174 ribu hektar lebih. Maka 6 hektar yang dibiaya nasional silahkan lanjutkan untuk dilaksanakan dan kami minta ditambah 100 hektar dengan biaya APBD Banyuasin, “tegasnya.
“Kalau cuma 6 hektar berhasil wajar tetapi nilainya kurang, tetapi kalau 100 hektar itu sangat baik sehingga bisa menjadi percontohan nasional. Dan rasanya tidak malu kalau kita ngundang menteri pertanian bahkan presiden untuk panen di areal padi hasil penilitian IPB ini, “katanya.
Diterangkan Bupati Askolani, bahkan melalui program Petani bangkit dirinya tidak puas hanya sebagai produsen beras nomor 4 nasional namun target kedepan menjadi nomor 1. Ini sangat mungkin karena luas tanam Banyuasin masih luas dan produksinya masih bisa di tingkatkan.
” Maka kami menyambut baik Kerjasama dengan IPB ini, kami akan mensupport dan siap berkolaborasi untuk mensukseskan program ini, karena ini sangat bagus. Pada akhirnya kami ingin petani benar benar menjadi petani yang mandiri dan sejahtera, “katanya.
Kabupaten yang dipimpin Bupati H Askolani dan Wabup H Slamet dengan program SERASI terbesar di Indoensia ini berhasil mengoptimalkan lahan rawa menjadi lahan persawahan padi yang produktif. Banyuasin memiliki luas panen padi 208,598 hektar, sehingga produksi padi sebesar 905.846 ton GKG dan produksi beras sebesar 519.684 ton pada musi tanam 2019.
Potensi ini masih bisa ditingkatkan, luas lahan baku sawah 174.371 hektar dengan luas tanam 2019, 213.813 hektar terdiri dari lahan pasang surut 148.658 hektar, (IP100 90.151 ha, IP200 58.007 ha, IP300 36 ha), lahan rawa lembak 25.713 hektar (IP100 21.279 ha, IP200 2.562 ha).
Dengan luas panen 208.598 ha, total produksi 905.846 ton GKG atau setara beras 519.684 ton. Lokasi paling potensial terdapat di 15 kecamatan seperti Muara Telang 23.120 ha, Air Saleh 21.391 ha, Sumber Marga Telang 10.299 ha, Makartijaya 11.000 ha, Muara Sugihan 24.292 ha, Tanjung Lago 15.226 ha, Selat Penuguan 12.710 ha, dan Rantau Bayur 16.337 ha. Empat kecamatan potensial untuk dikembangkan Kecamatan Rantau Bayur, Rambutan, Tungkal Ilir dan Selat Penuguan.
Target kedepan, luas tanam 213.813 hektar tahun 2019 dan tahun 2020 akan dapat tercapai seluas 263.368 hektar tahun 2020 sehingga luas panen dan produksi akan meningkat menjadi 1.309,598 ton GKG atau setara 750.399 ton untuk menjaga Lumbung Pangan Nasional.