Banyuasin – Pemerintah Kabupaten Banyuasin melalui Dinas Kesehatan berkomitmen untuk menekan angka kematian bagi ibu hamil. Untuk itu, Dinkes Banyuasin melakukan kerja sama dengan empat rumah sakit rujukan yang ada di Banyuasin dan Palembang.
Adapun empat rumah sakit tersebut, yakni, RSUD Banyuasin, RS Muhammadiyah, RSI Siti Khodijah, dan RS Pelabuhan. Khusus RS Pelabuhan untuk pasien dari daerah perairan.
Seksi Kesehatan dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Banyuasin, Wardiyah mengatakan bahwa, kami ingin angka kematian ibu hamil di kabupaten Banyuasin bisa turun, Puskesmas sudah melakukan pertolongan untuk persalinan normal dan kalau tidak normal memang harus dirujuk ke rumah sakit yang sudah bekerjasama dengan kita. Dan berdasarkan data yang ada di Dinkes Banyuasin angka kematian ibu hamil tahun 2017 sebanyak 18 kasus, di tahun 2018 sedikit menurun menjadi 15 kasus kematian. Dalam satu tahun terdapat 16 ribuan ibu melahirkan di Banyuasin. Meskipun menurun, namun ini tetap menjadi PR kita jangan sampai ada yang meninggal.
“Dalam pendataan, setiap ibu hamil akan diperiksa kondisi kehamilannya untuk mengetahui ada tidaknya faktor resiko terjadinya perdarahan atau preeklamsia. Dari hasil scoring faktor resiko itu dapat diketahui, perlu tidaknya seorang ibu hamil memperoleh bentuk penanganan lebih lanjut,” ujarnya.
“Jika bumil beresiko mengalami pendarahan, kata dia maka segera dirujuk ke rumah sakit, diinfuse dan setelah melahirkan nanti segera mendapat obat-obatan khusus untuk menghindari pendarahan hebat. Selama ini, kasus di lapangan selalu tersampaikan bahwa sebanyak 50 persen penyebab kematian ibu melahirkan disebabkan karena syok, preeklamsia dan perdarahan.
“Sehingga sejak awal, kami fokus untuk mengintervensi ketiga penyebab tersebut. kami harapkan dengan cara ini maka faktor resiko dapat diketahui sedini mungkin sehingga resiko kematiannya bisa ditekan,” jelasnya.
Sementara itu, Bupati Banyuasin H. Askolani, SH,. MH menegaskan, kasus kematian ibu baru melahirkan dan bayi baru lahir adalah permasalahan yang tidak boleh dianggap enteng. Sehingga semua cara harus dilakukan, mulai dari sosialisasi sampai tingkat bawah hingga penanganan medis ketika kasus tersebut sedang terjadi.
“Ini menyangkut nyawa seseorang, jadi harus betul-betul diperhatikan. Mulai dari peningkatan kompetensi tenaga kesehatan terutama Bidan, bersama Tim penggerak PKK dan pemberdayaan Masyarakat dengan melibatkan Kader Posyandu sebagai pendamping Ibu Hamil dengan Risiko Tinggi. Semua harus tanggap cepat, jangan sampai terlambat, supaya semakin turun kasus kematian ibu dan bayi,” tegasnya.
“Bidan, dokter, kader kesehatan dan semua yang ada kaitannya dengan penanganan ibu yang akan melahirkan, harus sama-sama cepat dalam melakukan penanganan maupun sosialisasi. Kita bantu warga yang miskin, jangan sampai pelayanan tidak maksimal,” jelasnya.