Banyuasin-Memasuki akhir awal November, jutaan ekor burung laut dari Siberia dan Australia mulai migrasi ke Taman Nasional Sembilang (TNS), Banyuasin.
Kepala Balai Taman Nasional Sembilang, Syahimin saat dihubungi mengatakan ribuan burung migran sudah mendarat di pinggiran pantai TNS. “Ini baru kloter pertama, puncaknya pada khir November sampai awal Desember nanti,” jelasnya Rabu (2/10/2016).
fenomena tahunan ini terjadi karena cuaca di tempat asal burung tersebut memasuki musim dingin. Mereka singgah sementara di TNS Banyuasin untuk mencari ikan. “Memasuki musim panas di daerah Siberia, ribuan burung itu akan kembali lagi ke daerahnya. Siklus ini terus terjadi setiap tahun,” jelasnya.
Menurutnya, di Indonesia ada sekitar 1.600 jenis burung. Dan yang termasuk dalam burung migrasi ada ratusan jenis termasuk yang singgah di TNS. Ada 112 jenis spesies burung ditemukan di TN Sembilang. Dimana, 44 spesies menggunakan mangrove sebagai habitat utama para burung ini hidup. Sejumlah 22 spesies lain terikat dengan kawasan ini. “Habitat mereka harus di-protect, jangan diganggu dan diburu serta jangan diubah fungsinya,”tegasnya.
Dia menambahkan 202 ribu hektare lebih TN Sembilang terdiri dari hamparan vegetasi hutan mangrove, rawa belakang, hutan rawa air tawar dan hutan rawa gambut.
”Di sana, ada 87 ribu hektare hutan mangrove yang masih utuh, terluas di Indonesia bagian Barat. Keseluruhan, ada 17 spesies mangrove atau sekitar 43 persen dari seluruh spesies mangrove di Indonesia ada di kawasan ini dan menjadi persinggahan burung migran untuk mencari makan,” katanya.
Sementara itu Plt Bupati Banyuasin SA Supriyono mengatakan, Taman Nasional Sembilang merupakan salah satu kawasan penyangga ekosistem dunia. “Ini bisa menjadi kawasatan wisata yang eksotis,” jelasnya.
Rombongan burung migran asal Siberia dapat disaksikan di Sembilang yang mencapai puncaknya pada bul Hal ini merupakan atraksi burung migran yang menarik untuk diamati, karena dapat mendengar secara langsung suara gemuruh burung-burung tersebut yang terbang bersamaan harmoni dengan debur ombak Selat Bangka.
Namun dia mengakui akses transportasi menuju ke tempat wisata alam liar itu belum memadai. Tidak ada transportasi darat ataupun sarana umum untuk menuju ke sana, wisatawan harus mencarter speed boat.
“Kedepannya akan kita garap, termasuk fasilitas pendukung lainnya,” ujar bupati.
Untuk saat ini wisatawan bisa mencarter speedboat dari bawah jembatan Ampera atau dermaga gasing, menempuh jarak sekitar 2 jam menyusuri sungai rawa.
Di sana akan disambut oleh barisan buaya rawa yang berjemur, atraksi lumba-lumba air tawar, formasi kunang-kunang, ribuan burung migran dan pesona alam liar lainnya.